Pemanfaatan Sampah Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Sabun Padat Terhadap Daya Hambat Staphylococcus aureus

Main Article Content

Aisyah Al-Mas’Udah
Darjati Darjati
Winarko Winarko
Imam Thohari

Abstract

Latar Belakang: Kulit jeruk nipis tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga terbuang menjadi sampah. Padahal kulit jeruk nipis masih memiliki nilai guna yaitu diantaranya sebagai antibakteri. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemanfaatan sampah kulit jeruk nipis sebagai bahan tambahan sabun padat terhadap karakteristik fisik sabun, kadar air sabun dan daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Metode: Metode dalam penelitian ini yakni berjenis penelitian true experiment dengan menggunakan bentuk Posttest Only Control Group Design. Terdapat empat kelompok perlakuan sampel ialah konsentrasi ekstrak kulit jeruk nipis 0%, 25%, 50% dan 75% dengan enam replikasi pada tiap kelompok sampel. Hasil uji dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil: Hasil karakteristik fisik masing-masing perlakuan sabun memiliki warna putih, kuning muda, dan kuning tua. Pada semua perlakuan sabun berbentuk padat dan aroma khas jeruk nipis. Rata-rata kadar air pada masing-masing perlakuan sabun 9,13%, 11,19%, 11,95%, dan 14,87%. Terdapat pengaruh penambahan ekstrak kulit jeruk nipis terhadap kadar air sabun. Rata-rata daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dari masing-masing perlakuan sabun padat 1,9 mm, 2,7 mm, 3,0 mm, dan 4,6 mm. Terdapat pengaruh penambahan ekstrak kulit jeruk nipis terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemanfaatan sampah kulit jeruk nipis sebagai bahan tambahan sabun padat terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Article Details

Section
Articles